Destinasi Daerah Pesisir Kubu Raya
Inilah desa paling luar kalbar. Terdapat hutan mangrove rumah bagi ikan-ikan kecil dan kepiting. Terdapat pantai paloh rumah bagi penyu jenis tuntung bertelur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah namun tidak sbanding dengan kehidupan masyarakat yang hidup disekitarnya.
Sebalum mencapai desa sungai nibung kita harus pergi terlebih dahulu ke rasau jaya. Sekian lama kami menunggu dan menelpon namun tak kunjung masuk, kemudian sekoyong-koyong dua buah sepeda motor melaju dan berbelok kekanan seketika itu kami sadar diantara mereka ada seseorang yang telah kami tunggu. Tanpa basa basi kami segera menunggangi sepeda motor dan mengikuti laju orang-orang tadi. Ternyata orang yang kami hubung tersebut hp nya sedang rusak, makanya kami menghubungi susah untuk masuk.
Pada hari itu yaitu diwaktu sore menjelang maghrib kami baru memastikan berangkat ke sungai nibung. Desa tujuan kami merupakan desa pesisir yang termasuk dalam kecamatan teluk pakedai dan kabupaten kuburaya. Setelah speedboot telah tersedia masing-masing dari kami pun mulai menaiki speedboat tersebut. Speedboot itu dikendarai oleh orang yang datang menjemput kami tadi namanya Ibrahim.
Perlahan-lahan speedboat kami meninggalkan pangkalan. Menyusuri sungai kecil, melihat airnya yang gelap juga bau yang ditimbulkan oleh limbah rumah tangga, ada kepiluan saya menatap nasib anak singai ini. Rumah-rumah panggung yang membelakangi sungai menjadikan sungai kecil itu sebagi tempat pembuangan segala macam limbah.
Hari mulai gelap ketika lampu-lampu dirumah warga sudah menyala. Semakin cepat speedboot kami, lampu-lampu itu semakin tak terlihat. Speedboot kami melaju kencang melewati arus yang begitu tenag. Sungai begitu sunyi, riak-riak yang timbul dari speedboat kami tambah membuat suasana menjadi mencekam. Tak ada yang mau berbicara, mingkin diantara kami menyimpan ketakutan-ketakutan tersendiri. Dengan lampu yang seadanya, jarak pandang sekitar dua meter saja yang dapat kami lihat selanjutnya kami dipaksa menerawang dalam gelap.
Lampu-lampu dari kampung tepian sungai terlihat indah merubah suasana yang tadinya tegang menjadi tenang. Cukup menjadi pelipur lara bagi kami yang sedang berusaha melawan ketakutan. Dari kejauhan lampu-lampu itu membentuk persegi yang panjang. Tampak meriah pula malam itu, sebab malam itu malam minggu, warung-warung tepi sungai dipenuhi para pengunjungnya. Namun kami tidak singgah, kami tetap melanjutkan perjalanan. Setelah kami keluar dari sungai itu dihadapan kami dihadapkan hamparan laut cina selatan. Remang-remang kami lihat ombah mengulung-gulung, dan gelombang tersebut juga menyerang kami hingga kami tergelincir dan harus menyingkir dari gelombang yang besar itu.
Setelah 2 jam perjalanan maka kami telah sampai di dermaga, tidak jauh dari situ ada bagan-bagan nelayan dan rumah ibadah orang tionghua. Pelan-pelan kami menaiki tangga dermaga tersebut. Warga yang mendiami desa sungai nibung di dominasi oleh 2 suku besar, warga tionghua dan warga suku melayu. Mereka membaur membentuk harmonisasi kehidupan pesisir. Ada skitar 300an kepala keluarga yang mendiami desa ini, mayoritas pekerjaannya sebagai nelayan. Penerangan didesa ini cukup baik, namun disini listrik hanya malam saja siang nya tidak bias nyala sebab mereka menggunakan mesin masing-masing.
Sesampai nya di sana kami jumpai sebuah warung kopi, tidak kalah juga seperti di Pontianak dengan banyak kursi yang tertata rapi, saya coba memesan secangkir kopi untuk menghilagkan rasa takut sewaktu perjalanan tadi. Setelah meneguk secangkir kopi tersebut saya dan teman-teman di ajak untuk mengelilingi sekitaran kampung tersebut, dalam perjalanan terlihat sangat banyak sekali kapal-kapal nelayan yang berlabuh didepan rumah warga. Karena, seluruh masyarakat disini berofesi sebagai nelayan. Dari yang memiliki kapal yang besar hingga kapal-kapal yang kecil.
Perekonomian disini tidak lah begitu pesat perkembangan nya, bahkan menurut cerita dari tahun ke tahun keadaan desa tidak ada perubahan yang signifikan. Hanya sebagian kecil perubahan nya, hal ini diakibatkan Karena didesa ini belum terdapat aliran listrik yang memadai untuk masyarakat. Sebagian masyarakat hanya menggunakan mesin dan dynamo sendiri untuk menerangi rumah mereka, bahkan ada juga yang masih menggunakan pelita. Hal ini merupakan salah satu keluhan dari desa ini, Karena rata-rata pendapatan masyarakat hanya untuk membeli minya untuk mendapatkan listrik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar